Music is fully aware that she isn’t the only one for Locker
♬
“You’re home,” bisikku ketika kesadaranku kembali penuh karena kedua lengan yang merengkuh tubuhku. Aku sandarkan punggung ini ke dadanya, lembab kemejanya serta bau pekat rokok dan parfum berbau manis memenuhi rongga.
Alih-alih menjawab, ia merengkuh tubuhku lebih erat. Mulai dari tengkuk menuju pundakku tak luput dari cumbuannya. Bulu kudukku meremang serta hatiku terasa penuh dan akhirnya kembali utuh.
“You’re home,” ulangku sekali lagi. Kali ini ucapanku lebih bertujuan untuk meyakinkan diri bahwa ia benar-benar pulang kepadaku. Bahwa aku malam ini adalah tujuan terakhirnya, tempatnya mengakhiri malam dan memulai hari esok.
“Iya.” Ia akhirnya berucap. Suaranya serak dan lembut seperti madu. Ingin merekam suara itu untuk mengingatkanku bahwa pada momen ini, ia berbicara hanya kepadaku dan hanya aku yang bisa mendengarnya.
Aku membalikkan tubuhku lalu menatap wajahnya lekat-lekat. Bibir ini terasa kaku untuk tersenyum sampai akhirnya mataku bertaut dengannya. Ia tersenyum dengan matanya yang mengerling. Meletuplah tawaku dibuatnya.
‘Sudah berapa wanita yang kamu senyumi seperti itu?’ pikirku di sela tawa.
Kudorong jauh-jauh pikiran aneh itu ketika aku beringsut dan mengecup bibirnya singkat. Tapi dalam sepersekian detik pikiran itu kembali naik ke permukaan ketika ujung lidahku bisa merasakan manis dari orang lain pada dirinya.
Sialan.
Tapi dengan santainya, ia tetap menyentuhku, menelusuri tiap lekuk dari wajahku dengan ujung jemari. Aku tak bisa menahan diri untuk tidak menyandarkan wajahku di telapak tangannya sambil menahan pergelangan tangannya agar tak bergeser sedikitpun.
“Is this warm enough for you?” bisiknya di telinga. Ia begitu dekat sampai hembusan nafas hangatnya menggelitik leherku.
Aku hanya mengangguk dan mendekapnya semakin erat ke dalam pelukan. Wajahku terbenam di dadanya. Hangat tubuhnya terasa begitu familiar, tetapi harum tubuhnya terasa begitu asing — seolah menjadi pengingat bagiku bahwa ia tidak bersinggah hanya kepada satu orang.
Tapi aku sepertinya tidak masalah dengan itu. Selama aku menjadi persinggahan terakhirnya, aku tidak masalah sama sekali dengan itu.